Halaman

Selasa, 30 Maret 2010

Kiblat mode, dan tempat mencari kesenangan

Fungai mall sebagai public sphere berkembang pesat, sebagai pusat perbelanjaan, mal memiliki ratusan fashion tenant mulai dari department store hingga butik-butik dari desainer dan rumah mode kenamaan yang menjadi jujungan para konsumen.
Sehingga bukan hal yang aneh bila mal dijadikan sebagai tempat fashion week. Pasalnya, sebagai pusat perbelanjaan, mal memiliki ratusan fashion tenant mulai dari department store hingga butik-butik dari desainer dan rumah mode kenamaan yang menjadi jujugan para konsumen. Sehingga bisa dikatakan, mal adalah tempat dimana para produsen dan konsumen fashion berkumpul. Jadi, wajar bila mal pun berkembang menjadi kiblat mode.

Pekan mode bisa dikatakan sebagai strategi brand dan desainer untuk menjual koleksi mereka dalam sebuah event yang elegan. Mereka berharap, fashionista, pihak media, serta buyer yang hadir, tertarik menyaksikan rancangan terbaru yang kemudian bisa mendongkrak penjualan. Oleh karena itu, pekan mode menjadi sebuah media raksasa yang mempertemukan banyak pihak. Dengan bertempat di mal yang memiliki lokasi strategis, diharapkan kesuksesan akan lebih cepat tercapai.
Pihak yang mengelola menjadikan mal sebagai surga untuk tempat berbelanja dan lahan bermain. Mal telah menggantikan sarana bermain anak-anak seperti lapangan dan taman. Nilai-nilai sakral telah dikalahkan oleh konsumerisme dan materialisme. Berbagai mal berlomba menjadikan dirinya sebagai wahana kesenangan dan kegembiraan. Dengan demikian fungsi mal lebih dahsyat dari tempat ibadah. Mal telah menjadi pusat kegiatan manusia modern. Sayangnya, mal-mal di negeri ini dibangun tanpa ada sebuah rekayasa sosial. Pembangunannya seringkali dilaksanakan serampangan tanpa memperhatikan aspek etika, estetika, dan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat setempat.

0 komentar:

Posting Komentar